Meski wawasannya tentang penyakit jauh lebih luas dibanding orang
kebanyakan, bukan berarti omongan dokter harus semuanya ditaati. Untuk
tujuan tertentu, dokter 'halal' untuk dibantah dan diajak berdebat.
Dalam porsi wajar tentunya.
Membantah dokter juga harus
mempertimbangkan etika, sebab biar bagaimanapun dokter juga punya
perasaan seperti manusia pada umumnya.
Mendebat dokter hanya
perlu dilakukan untuk melindungi hak pasien, sekaligus krontrol sosial
biar dokternya tidak sembarangan karena pasien zaman sekarang makin
pintar.
Hal-hal yang perlu dan sering diperdebatkan saat berhadapan dengan dokter antara lain sebagai berikut, seperti dikutip dari MensHealth.com, Rabu (18/6/2012).
1. Resep obatnya kebanyakan
Saat
seseorang didiagnosis hipertensi atau penyakit kronis lainnya, beberapa
dokter langsung akan meresepkan berbagai macam obat sampai kertas
resepnya tampak penuh dengan tulisan cakar ayam. Sebagai orang awam,
pasien kadang tidak punya pilihan selain mengiyakan.
Kalau mau
sedikit cerewet, kadang-kadang tidak semua obat itu dibutuhkan. Cobalah
menawar, mana tahu ada obat yang bisa dicoret dan diganti dengan
modifikasi pola makan atau gaya hidup misalnya.
2. Anjuran operasi yang meragukan
Ketika
seorang dokter sedang berusaha mendiagnosis, tanyakan selalu alternatif
pemeriksaan yang tidak harus dilakukan dengan pembedahan berisiko.
Pasti ada alternatif, misalnya biopsi atau pemeriksaan sampel jaringan
pada beberapa jenis kanker sudah bisa digantikan dengan tes darah yang
lebih aman.
3. Sedikit-sedikit kontrol
Kontrol
secara langsung, tatap muka dengan dokter umumnya memang penting kalau
memang masih ada yang harus diperiksa. Tetapi kadang-kadang, datang ke
dokter untuk kontrol rasanya seperti cuma seperti setor uang saja karena
cuma dipegang-pegang sebentar, ditanya bagaimana rasanya lalu diberi
obat lagi.
Kalau memang betul-betul sibuk dan dirasa dokternya
terlalu sering menganjurkan kontrol, cobalah untuk minta dilayani
kontrol jarak jauh. Kalau cuma menceritakan apa yang dirasakan saat ini,
lewat telepon akan lebih praktis.
4. Harga obat terlalu mahal
Lagi-lagi
posisi pasien adalah orang awam yang tidak punya banyak pilihan karena
memang pengetahuannya terbatas. Obat apapun, berapapun harganya pasti
akan ditebus karena percaya dokter tahu yang terbaik untuk pasiennya.
Tidak
bisa dipungkiri, beberapa dokter menerima imbalan tertentu dari
perusahaan ketika meresepkan sebuah produk obat. Karena itu, pastikan
untuk selalu menanyakan alternatif obat generik yang harganya jauh lebih
murah.
5. Diagnosis tidak meyakinkan
Di
era keterbukaan informasi, pasien bisa menjdai dokter untuk dirinya
sendiri meski risiko salahnya juga besar. Paling tidak, pengatahuan yang
didapat dari cerita teman atau hasil browsing di internet bisa
dijadikan pembanding kalau sekiranya diagnosis dokter agak meragukan.
Jika
merasa tidak yakin dengan diagnosis seorang dokter, jangan ragu-ragu
untuk memanfaatkan second opinion dari dokter yang lain. Kalau second
opinion ternyata sama-sama meragukan, mungkin memang ada yang salah
dengan sumber informasi di internet.
Rabu, 18 Juli 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar