Ekspansi klub poligami asal Malaysia di Bandung cukup menghebohkan.
Sebuah studi terkini di Inggris mengatakan bahwa poligami bisa
memperpanjang umur hingga 12 persen. Tapi studi lain menyebutkan bahwa
istri yang dipoligami cenderung lebih stres.
Setelah melakukan
analisis terhadap praktek poligami di hampir 140 negara, Virpi Lummaa,
seorang ekolog dari University of Sheffield, Inggris menyebutkan bahwa
pria yang melakukan poligami cenderung lebih panjang umur hingga 12
persen daripada pria yang monogami.
Tidak hanya pria, wanita yang
dipoligami pun ternyata lebih panjang umur. Sebuah fenomena yang
disebut para peneliti sebagai efek nenek bisa menjelaskan mengapa wanita
yang dipoligami punya umur lebih panjang, terutama setelah melewati
masa menopause.
Lumma mengatakan bahwa setiap 10 menit seorang
wanita berhasil melewati masa menopause, kebahagiaanya akan bertambah 2
kali lipat. Peneliti mengatakan bahwa banyaknya cucu dan perhatian dari
anak-anaknya membuat ia lebih bahagia dan ingin hidup lebih lama.
Sementara
itu, pria yang mmelakukan poligami disebut peneliti masih memiliki alat
reproduksi yang bagus hingga umur 60, 70, bahkan 80 tahun. "Hal itulah
yang yang kemungkinan memperpanjang hidupnya," ujar Lumma seperti
dikutip dari Redorbit, Selasa (20/10/2009).
Lumma dan
timnya membandingkan negara-negara yang melakukan praktik poligami
dengan negara yang monogami, dan hasilnya ternyata mereka yang melakukan
praktik poligami memang lebih sehat dan memiliki nutrisi yang lebih
baik ketimbang mereka yang monogami.
Peneliti mengatakan bahwa
rahasia dari manfaat poligami berasal dari istri. Suami yang memiliki
istri banyak, yang bisa mengurus dirinya dengan baik sudah tentu akan
memiliki kesehatan yang lebih baik. Mereka juga akan lebih bahagia
karena memiliki banyak anak dan kehidupan seksnya terpenuhi terus.
"Kebutuhan
seks yang terpenuhi membuat kesuburan tetap bertahan meski sudah
memasuki usia abu-abu. Dan kesuburan seseorang sangat berpengaruh
terhadap fungsi hormon yang mengatur metabolisme tubuh. Semakin baik
kesuburannya, semakin baik pula kinerja hormon dan itu membuat seseorang
tetap sehat," jelas Lumma.
Manfaat poligami lainnya yang disebut
peneliti yakni adanya dorongan dan motivasi untuk terus menghidupi dan
memberi nafkah untuk anak dan istrinya. Menurut antropolog Chris Wilson
dari Cornell University in Ithaca, New York, hipotesis tersebut sangat
masuk akal.
Bagi pria, poligami memang akan membawa manfaat yang
baik untuk kesehatan, namun bagi wanita sepertinya tidak. Meskipun
beberapa studi menyebutkan bahwa poligami membawa efek baik untuk sang
istri, tapi lebih banyak studi yang menunjukkan bahwa istri yang
dipoligami cenderung lebih stres.
Profesor Martha Bailey dan Bita
Amani dari Queen's University menyebutkan bahwa istri dan anak akan
menjadi korban dalam rumah tangga kerika seorang suami memilih untuk
melakukan poligami.
"Mereka lebih banyak mengalami depresi dan
stres karena perasaan cemburu. Mereka juga cenderung menjadi korban
kekerasan dalam rumah tangga," ujar Bailey. Sementara suami yang
melakukan poligami mendapat pemenuhan seks yang baik, istri yang
dipoligami justru menderita karena harus menghadapi kenyataan suaminya
berbagi seks dengan wanita lain dan kemungkinan penyakit menular
seksual.
Ketika seorang wanita depresi, pola pengasuhan anaknya
pun menjadi kacau. Dan itu akan memberi dampak negatif bagi anak. Anak
juga berisiko mengalami trauma dan dikucilkan oleh teman-temannya.
Perilaku mereka pun menurut peneliti lebih sulit terkontrol karena peran
ayah menjadi berkurang.
Namun yang paling penting dalam poligami
adalah perhatian suami terhadap semua istri dan anak-anaknya. "Suami
yang melakukan poligami akan lebih panjang umur hanya jika ia bisa
memperhatikan dan memperlakukan semua istri dan anak-anaknya dengan
adil," ujar Wilson.
Kamis, 19 Juli 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar