Remaja adalah masa dimana seseorang mengalami pertumbuhan yang cepat
dalam hidupnya, termasuk pada otak. Berikut ini 5 fakta yang berhasil
ditemukan mengenai otak remaja.
"Otak terus berubah sepanjang
hidup, tetapi ada lompatan besar dalam perkembangannya selama masa
remaja," ujar Sara Johnson dari Johns Hopkins Bloomberg School of Public
Health, yang melakukan review untuk ilmu saraf, seperti dikutip dari Livescience, Senin (9/7/2012).
Dalam
hal ini para ilmuwan memeriksa kekusutan saraf yang ada di otak pada
remaja, sehingga didapatkan 5 fakta mengenai otak remaja yang selama ini
masih menjadi misterius, yaitu:
1. Memiliki kemampuan berpikir baru
Johnson
menuturkan karena adanya peningkatan maka otak remaja jadi lebih sering
berhubungan dan meningkatkan pengolahan proses atau daya pikir. Remaja
mulai memiliki keterampilan komputasi dan pengambilan keputusan seperti
orang dewasa jika diberi waktu dan akses informasi.
Namun
keputusan yang diambil ini kadang masih dipengaruhi oleh emosi karena
otak remaja lebih mengandalkan sistem limbik (bagian di otak yang
mengatur emosional) dibandingkan dengan bagian prefrontal cortex yang
lebih rasional.
2. Peningkatan intensitas emosi
Pubertas
yang dialami juga menyebabkan terjadinya perubahan besar pada sistem
limbik, bagian otak yang tidak hanya membantu mengatur detak jantung dan
kadar gula darah, tapi juga sangat penting dalam pembentukan kenangan
dan emosi.
Selain itu saat remaja juga mengalami perkembangan
perubahan hormon yang bisa menimbulkan intensitas emosi seperti
kemarahan, kegembiraan, agresi termasuk pada diri sendiri dan juga daya
tarik seksual.
3. Dipengaruhi oleh pemikiran rekan atau teman
Remaja
lebih baik dalam berpikir abstrak sehingga menggunakan keterampilan ini
untuk memikirkan apa yang orang lain pikirkan tentang dirinya, terutama
dari temen atau rekan sepermainan.
Anak-anak atau remaja sangat
khawatir bagaimana dirinya akan terlihat keren. Namun teman ini juga
memberikan kesempatan bagi remaja untuk belajar keterampilan baru
seperti negosiasi, kompromi dan perencanaan kelompok.
4. Mengukur risiko
Johnson
menuturkan remaja perlu dosis risiko yang tinggi agar sama dengan orang
dewasa dalam pengambilan keputusan yang berisiko. Kondisi ini yang
mungkin membuat remaja terlibat dalam perilaku berisiko seperti mencoba
narkoba, terlibat perkelahian atau gerakan impulsif lain.
Untuk
itu diperlukan pengawasan dari orangtua, karena semua anak memiliki
kerentanan dalam perkembangan khususnya pada pengambilan keputusan
sehingga butuh peran orangtua dalam membatasi perilakunya.
5. Cenderung lebih idealis dan egois
Perubahan
hormon pada masa pubertas sangat besar mempengaruhi otak, salah satunya
adalah memacu reseptor yang memproduksi oksitosin lebih banyak.
Oksitosin ini sering digambarkan sebagai hormon ikatan yang meningkatkan
kepekaan terhadap dampak dari sistem limbik di otak.
Hal ini
juga memungkinkan remaja tampak egois umumnya dalam pertahanan diri
mereka, serta perubahan di otak ini membuat remaja cenderung lebih
idealis.
Selasa, 17 Juli 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar