Pada beberapa produk perawatan pribadi wanita telah ditemukan sekelompok
bahan kimia yang berbahaya. Bahan kimia yang biasanya terkandung dalam
cat kuku dan hair spray dinilai dapat meningkatkan risiko diabetes.
Berdasarkan
penelitian, wanita yang memiliki konsentrasi tertinggi bahan kimia
phthalates dalam tubuhnya, cenderung lebih berisiko terhadap diabetes
daripada wanita yang memiliki konsentrasi phthalates yang rendah dalam
tubuhnya.
Phthalates ditemukan dalam berbagai produk kecantikan, termasuk cat kuku, hair spray, sabun dan sampo.
"Phthalates
dalam tubuh dapat mengganggu metabolisme gula darah," kata Tamarra
James-Todd, peneliti dari Women's Hospital's Division of Women's Health
di Brigham.
James-Todd dan rekannya menganalisis informasi yang
dikumpulkan dari 2.350 wanita dengan usia 20 sampai 80 tahun. Peserta
penelitian juga diminta untuk menjalani ujian fisik dan memberikan
sampel urin.
Hasilnya, dari keseluruhan peserta yang mengikuti
penelitian, sebanyak 217 wanita memiliki diabetes. Wanita yang memiliki
diabetes tersebut mempunyai kadar bahan kimia mono-benzil phthalate dan
mono-isobutil ftalat yang cukup tinggi dalam sampel urinnya.
Paparan
bahan kimia mono-benzil phthalate dan mono-isobutil ftalat tersebut
dapat meningkatkan risiko diabetes hingga sekitar 70 persen. Wanita
dapat terpapar phthalates melalui konsumsi beberapa obat dan penggunaan
produk yang mengandung phthalates.
Peneliti juga memperhitungkan
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat phthalates, seperti jumlah
kalori dari lemak yang dikonsumsi. Sehingga wanita perlu menjaga pola
makannya dari makanan yang berlemak tinggi untuk mengontrol kadar
phthalates.
"Kemungkinan phthalates bekerja dengan mengganggu
jaringan lemak dan menyebabkan resistensi insulin, sehingga dapat
meningkatkan risiko diabetes," kata peneliti, seperti dilansir foxnews,
Rabu (18/7/2012).
Namun, para peneliti menyatakan bahwa masih
perlu dilakukan penelitian yang lebih lanjut, mengingat penelitian ini
hanya dilakukan pada satu titik waktu. Penelitian ini diterbitkan dalam
jurnal Environmental Health Perspectives pada tanggal 13 Juli 2012.
Selasa, 17 Juli 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar